image taken from https://img.dentistryiq.com/
30 Juni 2020 Oleh Prima Nursyami 0

Hierarki Pengendalian Bahaya

Begitu gencarnya masyarakat dibombardir dengan iklan produk-produk APD (Alat Pelindung Diri) yang katanya anti corona belakangan ini. Benarkah barang-barang tersebut efektif? Jangan-jangan Anda cuma jadi target pasar. Padahal ada beberapa hal yang lebih utama, sesuai dengan hierarki pengendalian bahaya.

Di kondisi seperti sekarang ini sudah seharusnya kita lebih pintar untuk mempertimbangkan banyak hal. Gak cukup dengan hanya percaya begitu saja kepada selebgram, terlebih lagi pedagang atau politikus.

Buat Anda yang bekerja di sektor industri manufaktur atau laboratorium misalnya. Seharusnya sudah mengenal 5 hierarki pengendalian risiko/bahaya. Sudah tahu kan posisi APD ada di mana? Yap, di posisi paling buncit. Artinya ada 4 hal yang terlebih dahulu harusnya kita lakukan sebelum menggunakan APD.

Masker, Face Shiled, Gloves Anti Corona? Benarkah?

Apa saja 5 hierarki pengendalian risiko/bahaya itu?

Eliminasi, substitusi, perancangan, administrasi, APD (berurutan mulai dari prioritas paling tinggi). Jadi seharusnya, terutama untuk Anda yang sudah lebih paham dengan pengendalian risiko/bahaya, gak begitu saja Anda gunakan face shield untuk menghindari risiko COVID19.

Hierarki tertinggi, yaitu eliminasi memiliki tingkat efektifitas dan kehandalan yang paling tinggi. Jika dapat dilakukan, akan memberikan efek proteksi paling tinggi dibandingkan proses lainnya. Masalahnya, tidak setiap risiko/bahaya tidak dapat selalu kita eliminasi. Mungkin substitusi pun tidak bisa. Kalau Eliminasi sampai administrasi tidak bisa kita lakukan, atau tidak efektif menangani risiko/bahaya, mau gak mau kita gunakan APD.

Baik sekarang kita bicarakan pengendalian risiko/bahaya virus corona di lingkup laboratoratorium saja biar lebih terfokus. Karena memang akan beda urusannya kalau kita bahas penggunaan APD untuk tenaga medis misalnya.

Eliminasi

Virus corona itu merupakan risiko/bahaya yang katanya bisa menjangkiti siapa pun (manusia) tanpa kecuali (bahkan katanya bisa menginfeksi kucing juga, tapi entahlah karena terlalu banyak hoaks). Lalu apakah kita punya semacam obat nyamuk (obat anti corona) yang bisa menghilangkan virus itu secara tiba-tiba? Sayangnya sementara ini belum ada obat semacam itu, jadi opsi eliminasi harus kita lupakan untuk sekarang.

Substitusi

Bagaimana dengan substitusi? Agak kurang cocok ya kalau kita bahas substitusi dalam perkara corona virus. Karena sebenarnya corona virus itu bukan merupakan suatu bahan yang perlu kita gunakan dalam proses produksi.

Beda cerita ketika misalnya kita di laboratorium membutuhkan suatu pelarut. Kita akan menghadapi risiko tinggi jika pelarut tersebut dalam prosesnya menggunakan pemanas. Pelarut mudah terbakar, tapi di antara beberapa pelarut tersebut masih ada beberapa yang memiliki titik nyala di atas suhu yang kita gunakan dalam proses. Jadi kita bisa lakukan substitusi di dalam proses tersebut, antara pelarut A dengan B yang lebih aman.

Perancangan

Lalu, dengan perancangan mungkin kita bisa lakukan sesuatu yang lebih aman. Hal ini yang saya pikir akhirnya dilakukan oleh pemerintah, yaitu dengan penerapan PSBB. Virus corona berisiko tinggi menular dalam suatu kerumunan. Maka pemerintah mengatur agar angkutan umum hanya boleh diisi oleh 50% kapasitasnya saja.

Beberapa pasar termasuk pasar swalayan diatur jam operasionalnya jadi hanya 8 jam saja misalnya. Dari yang sebelumnya beroperasi 16 jam. Risiko berkurang 50% bukan? Hal yang sama bisa kita terapkan di laboratorium. Bisa kita atur shift, jarak kerja, atau mungkin pengurangan jam kerja.

Administrasi

Hal yang sudah dirancang dengan baik tidak mungkin bisa berjalan dengan baik tanpa adanya administrasi yang baik pula. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan PP, pergub, perda atau apapun istilahnya itu. Kalau kita sudah mengeluarkan aturan untuk mengatur jarak kerja, sudah sebaiknya kita sebutkan hal itu dalam prosedur. Gunakan juga rambu atau label peringatan kalau perlu.

Pada dasarnya kontak fisik yang menjadi penyebab utama penyebaran virus itu tidaklah 100% bisa kita hindari. Karena kita memerlukan interaksi sosial, seperti ketika dalam jual beli atau apapun yang kita lakukan bersama partner kita. Oleh karena itu akhirnya kita gunakan APD, mau gak mau.

Alat Pelindung Diri

Tapi, ga perlu juga kita gunakan APD semacam gloves untuk sehari-hari. Justru hal itu bisa meningkatkan risiko bahaya. Karena gloves terus kita pakai tanpa kita cuci. Beda halnya jika kita ubah pola hidup dengan cara lebih gemar mencuci tangan. Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun menurut para ahli medis efektif membunuh kuman, bukan dengan penggunaan gloves.

Bagaimana dengan face shield? Mungkin oke untuk mereka yang over paranoid. Tapi tetap saja menurut saya tidak akan efektif jika bukan karena kita yang gemar mencuci tangan dengan benar. Karena interaksi fisik manusia itu sangat banyak dilakukan oleh tangan. Memegang handle, pulpen, piring, jendela, kursi. Jauh lebih banyak dibandingkan dengan risiko terciprat droplet langsung kepada wajah.

Begitu juga dengan masker. Mungkin Anda sudah bisa lebih paham, apa fungsi masker, yang banyak jenisnya itu. Masker kain yang akhirnya dikampanyekan oleh pemerintah untuk digunakan oleh masyarakat umum. Fungsinya untuk melindungi diri? bukan, masker yang kita gunakan itu (dalam situasi COVID19) justru untuk melindungi orang lain. Melindungi dari kemungkinan kita sudah terjangkit, tanpa gejala, lalu tidak sengaja bersin di depan umum.

Artinya, APD itu harus kita gunakan dengan benar. Kita yang sudah lebih paham seharusnya bisa lebih arif. Kita seharusnya bisa memberikan edukasi kepada orang-orang di sekitar supaya lebih baik dalam menghadapi situasi ini. Kecuali kalau Kita pedagang yang memang sedang cari omset dari situasi pandemi ini.

Baca juga tulisan kami mengenai Laboratorium di Era New Normal.

AhliLaboratorium menyediakan layanan konsultasi laboratorium, terkait ISO 17025 dan sistem K3LL. Hubungi kami untuk diskusi lebih lanjut di ahlilaboratorium.com.