visualisasi pengendalian mutu laboratorium
5 November 2021 Oleh Prima Nursyami 0

Implementasi Pengendalian Mutu Laboratorium Uji

Laboratorium melalui Manajer Teknis, Manajer Mutu, atau siapapun itu sesuai dengan sistem organisasi, bertanggung jawab untuk merencanakan hingga akhirnya mengevaluasi implementasi pengendalian mutu laboratorium. Hal ini tentu saja bertujuan untuk memastikan validitas data yang dihasilkan sehingga dapat dipertanggungjawabkan.

Pengendalian mutu (quality control/QC) sendiri merupakan bagian yang tak terpisahkan dari penjaminan mutu (quality assurance/QA). Secara mendalam, pengertian dari penjaminan mutu dan pengendalian mutu sudah Saya bahas pada artikel sebelumnya.

Tujuan Pengendalian Mutu Laboratorium

Sebelum membahas lebih jauh terkait pengendalian mutu, penting agar Kita lebih dahulu memahami tujuan dari pengendalian mutu. Pengendalian mutu bertujuan untuk memastikan bahwa tahapan proses pengujian dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Pengendalian mutu Kita lakukan dengan cara mengendalikan potensi ketidaksesuaian.

Potensi ketidaksesuaian seperti apa saja yang harus Kita hindari dalam pengujian? Berikut ini beberapa ketidaksesuaian yang berpotensi terjadi di laboratorium pengujian.

  • Pengelolaan sampel yang kurang tepat
  • Pengoperasian peralatan yang tidak sesuai
  • Peralatan ukur yang tidak dikalibrasi
  • Tidak melakukan uji kinerja berkala terhadap peralatan ukur
  • Penggunaan metode uji yang salah
  • Perlakuan awal pengujian yang tidak tepat
  • Akomodasi dan kondisi lingkungan yang tidak memadai
  • Personel yang belum kompeten
  • Penggunaan bahan kimia yang tidak memenuhi persyaratan

Baca juga: Kalibrasi Alat Laboratorium Penguji Sesuai ISO 17025:2017

Potensi ketidaksesuaian di laboratorium pengujian tidak terbatas pada hal yang sebelumnya Saya uraikan. Apapun potensi tersebut, ketika mulai terdeteksi maka laboratorium harus melakukan tindakan perbaikan hingga akar penyebabnya.

Ingat bahwa istilah yang Kita gunakan di sini adalah “potensi”. Oleh karena itu Laboratorium harus selalu selangkah lebih maju sebelum potensi tersebut terjadi. Dengan teknik 5W dan 1H laboratorium bisa melakukan investigasi terhadap potensi ketidaksesuaian, seperti berikut ini.

  • Apa yang terjadi (atau apa yang berpotensi terjadi)?
  • Di mana ketidaksesuaian (bisa) terjadi?
  • Kapan (bisa) terjadinya?
  • Siapa yang (berpotensi) melakukan dan terlibat dalam hal tersebut?
  • Mengapa hal tersebut bisa terjadi?

Hal penting yang harus menjadi perhatian ketika melakukan perbaikan adalah tindakan-tindakan tersebut harus dapat juga mencegah terulangnya ketidaksesuaian yang sama di kemudian hari. Kalau mengikuti istilah yang oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) gunakan saat ini yaitu tidak hanya tindakan koreksi, tapi juga korektif.

Jika koreksi adalah memperbaiki kesalahan yang sudah terjadi. Maka korektif adalah memperbaiki dengan suatu tindakan yang dapat mencegah hal tersebut terulang lagi di kemudian hari.

Membuat Dokumentasi agar Sistematis

Lalu bagaimana jika Kita sudah berhasil mengidentifikasi potensi ketidaksesuaian tersebut? Kembali lagi kepada tujuan awal yang ingin agar proses pengujian dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Maka laboratorium harus mendokumentasikan teknik dan prosedur yang terbaik. Sehingga dokumentasi tersebut yang nanti akan secara sistematis membantu laboratorium mencegah potensi ketidaksesuaian.

Agar lebih mudah dalam memahami, berikut ini contoh pengendalian mutu yang biasa Kita terapkan di laboratorium.

  • Sampel yang diterima harus disimpan pada kondisi yang sesuai (dengan rekomendasi metode atau referensi lain). Laboratorium membuat prosedur terkait penanganan sampel uji.
  • Laboratorium membuat jadwal berkala uji kinerja peralatan dan jadwal kalibrasi. Hal ini juga disebutkan dalam prosedur peralatan.
  • Setiap instruksi kerja memiliki poin khusus terkait dengan perlakuan awal pengujian. Hal ini untuk menghindari terjadinya kesalahan pretreatment sampel.
  • Membuat instruksi kerja terkait pemilihan dan validasi atau verifikasi metode.
  • Membuat daftar kebutuhan kompetensi personel dan membuat jadwal pelatihannya. Secara rinci hal ini diatur pada prosedur.
  • Membuat instruksi kerja terkait dengan persyaratan keberterimaan pengulangan, spike standard dan lainnya.

Banyak hal yang bisa Laboratorium lakukan dalam rangka pengendalian mutu. Hal yang perlu Kita lakukan yaitu mulai dari mengidentifikasi potensi ketidaksesuaian yang bisa Kita perbaiki.

Pengendalian Mutu bukan Hanya Milik Manajer Mutu

Hal yang perlu Kita tanamkan kepada para personel Laboratorium yaitu pengendalian mutu adalah tugas semua Personel yang ada di dalam Laboratorium. Hal ini sering menjadi salah persepsi di antara para personel Laboratorium.

Pada implementasinya, semua pihak mempunyai perannya masing-masing. Seperti teknisi yang melakukan pengukuran dan merekamnya, sedangkan Penyelia atau Manajer yang melakukan pengawasan dengan cara verifikasi data terhadap syarat keberterimaan.

Baca juga: Sebelas Komponen Jaminan Mutu Laboratorium Sesuai ISO 17025:2017